Archives
-
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MANAJEMEN, EKONOMI DAN AKUNTANSI 2019
Vol. 4 No. 1 (2019)Seminar Nasional Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Call for Paper (SENMEA 4) tahun 2019 mengangkat tema “Revolusi Industri 4.0 vs Society 5.0”.
Saat ini kita sudah hidup di era revolusi industri 4.0, era yang diwarnai oleh kecerdasan buatan, era super komputer, rekayasa genetika, teknologi nano, mobil otomatis, inovasi, dan perubahan yang terjadi dalam kecepatan eksponensial yang akan mengakibatkan dampak terhadap ekonomi, industri, pemerintahan, politik, bahkan membuka perdebatan atas definisi manusia itu sendiri. Era yang menegaskan dunia sebagai kampung global.
Konsep industri 4.0 menjanjikan keuntungan bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur. Seperti adanya fleksibilitas proses produksi, peningkatan kualitas produk, kecepatan dalam proses produsi maupun pengiriman produk, pengambilan keputusan berdasarkan data, dan kedekatan dengan pelanggan lebih baik. Revolusi industri 4.0 memberikan banyak peluang bagi industri terutama manufaktur untuk merubah gaya produksinya. Hal ini karena semakin mudahnya dalam mengakses teknologi informasi secara mendetail sehingga mempermudah dalam pengambilan keputusan dan proses produksi.
Sebagai dua sisi mata pedang, disamping berdampak positif, revolusi industri 4.0 tidak menutup kemungkinan adanya dampak negative, terutama bagi negara dengan SDM yang masih rendah. Revolusi industri 4.0 dapat mematikan usaha industri tradisional. Pergeseran tenaga kerja manusia ke arah digitalisasi merupakan tantangan yang perlu direspon oleh semua pihak, baik oleh para mahasiswa, perguruan tinggi, dunia usaha maupun pemerintah. Tantangan seperti ini harus ditanggapi dengan meningkatkan keterampilan berkomunikasi, penguasaan teknologi, kemampuan untuk terus belajar dan adaptif terhadap perubahan lingkungan, serta mampu bekerjasama secara kolaboratif. Dengan tergantikannya peran manusia tentu saja akan menambah beban masalah lokal maupun nasional.
Pada saat dunia fokus pada era industri 4.0, Jepang telah menerapkan Society 5.0. Society 5.0 bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga kebijakan dan regulasi. Konsep Society 5.0 tidak lagi berpusat pada industri, tetapi lebih berpusat pada orang-orangnya atau dalam hal ini adalah masyarakat. Dengan memanfaatkan teknologi sebagai penggerak, pemerintah Jepang menginisiasi gerakan ini untuk menciptakan masyarakat yang superpintar. Internet of Things (IoT), Artificial Intelligence (AI), Big Data, dan robotic merupakan empat teknologi utama yang dimanfaatkan Jepang untuk menyukseskan Society 5.0. Sebagai contoh, Jepang memanfaatkan drone untuk membantu para lansia/orang-orang dalam memenuhi kebutuhannya di saat mereka tidak bisa pergi jauh. Para lansia juga tidak harus pergi jauh untuk menemui dokter secara langsung, karena mereka dapat dengan mudah memeriksakan kesehatannya secara rutin melalui mesin dengan teknologi AI yang disediakan di titik-titik terdekat atau bahkan di rumah masing-masing lansia yang membutuhkan.
Apa yang menjadi fokus Jepang di dalam Society 5.0 menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk mempercepat transformasi masyarakatnya. Tidak masalah bagi Indonesia langsung berpijak pada dua kaki, Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0. Justru kedua momentum ini harus digabungkan menjadi sebuah blue print nasional, apalagi pada tahun 2020-2045 Indonesia akan mendapatkan “bonus demografi”, di mana pada saat itu angkatan usia produktif (15-64 tahun) diprediksi mencapai 68% dari total populasi dan angkatan tua (65+) sekitar 9%. Apa yang Indonesia akan dapatkan tidak dimiliki oleh banyak negara.
Mengungguli negara Jepang adalah sebuah optimisme, tetapi selagi belum bisa menjadi terdepan, menjadi pengikut terbaik pun menjadi pilihan tepat bagi Indonesia. Begitu banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh bangsa Indonesia. Walaupun demikian, pastinya kita bisa menjadi bangsa yang sangat optimis dan mampu menikmati bonus demografi serta menjadi negara terhebat di dunia ini. Mari kita tanamkan harapan itu, dimulai dari diri sendiri.
-
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MANAJEMEN, EKONOMI DAN AKUNTANSI 2018
Vol. 3 No. 1 (2018)Seminar Nasional Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Call for Paper (SENMEA ) pada tahun 2018 ini mengambil tema “Resiliensi Industri di Era Disruption 4.0”.
Sejarah mencatat bahwa dunia telah mengalami 4 era revolusi industri. Revolusi industri ke 1 terjadi pada abad ke 18, yang ditandai dengan munculnya mesin-mesin bertenaga air dan uap untuk menggantikan tenaga manusia. Revolusi industri ke 2 terjadi pada abad ke 19 ditandai dengan munculnya tenaga listrik untuk menggantikan tenaga uap dan air, sehingga produksi lebih efisien. Revolusi industrike 3 terjadi pada abad ke 20 yang ditandai dengan diketemukannya barang-barang elektronik, komputer, perangkat lunak, sehingga operasi produksi dapat dijalankan secara sistem yang menjadikan biaya produksi lebih efektif dan efisen. Revolusi industri ke 4 lebih menekankan kepada kemampuan kecerdasan buatan yang mampu menggerakkan robot-robot yang “lebih pintar" dan "tidak pernah mengeluh", sehingga banyak pekerjaan yang dikerjakan tenaga manusia digantikan dengan yang lebih murah, efisien dan berkualitas lebih tinggi.
Resiliensi atau kemampuan beradaptasi di era disrupsi 4.0 sangat dibutuhkan oleh dunia usaha, baik yang bergerak di bidang jasa, perdagangan maupun industri, termasuk bidang pendidikan. Fenomena disrupsi, yaitu situasi di mana pergerakan dunia industri atau persaingan kerja tidak lagi linear. perubahannya sangat cepat, pola tatanan lama dengan cepatnya ditinggalkan dengan terciptanya tatanan baru, sehingga pada era ini, hanya ada dua pilihan bagi pelaku usaha, yaitu berubah atau punah.
Hadirnya startup seperti Go-Jek dan Grap adalah sebagai bukti bahwa revolusi industri 4.0 sudah merambah di Indonesia. Hadirnya grap dan gojek terbukti memudahkan masyarakat, karena bisa memesan transportasi ataupun makanan hanya lewat ponsel dalam genggamannya. Namun demikian di sisi lain memngurangi omzet ojek dan taksi tradisional. Demikian pula dengan hadirnya Bukalapak, Shopee, Tokopedia, masyarakat dapat berbelanja segala kebutuhannya hanya dengan menggerakkan jari-jari tangan.
Yang menjadi tantangan adalah sudahkan bangsa Indonesia, para pengusaha, birokrasi dan akademisi yang hidup di era melenia ini mampu beradaptasi dengan perubahan yang sedemikian cepat, atau tetap berpegang teguh pada jargon “alon-alon asal klakon”. Apakah revolusi industri 4.0akan membuat pengangguran makin massif, atau justru sebaliknya memunculkan peluang usaha baru? Barangkali inilah sebagaian yang perlu didiskusikan pada seminar ini.
-
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MANAJEMEN, EKONOMI DAN AKUNTANSI 2017
Vol. 2 No. 1 (2017)Seminar Nasional ekonomi, manajemen, akuntansi dan call for paper dengan tema “Mewujudkan Kemandirian Ekonomi melalui Pergerakan Sektor Strategis Ekonomi Domestik” merupakan Seminar Nasional kedua yang diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomi UNP Kediri.
Kemandirian ekonomi merupakan cita-cita dari setiap negara, tidak terkecuali Indonesia. Bung Karno sebagai founding father negara Indonesia pernah mengungapkan tentang kemandirian bangsa yang dikenal dengan “Trisakti Bung Karno”, yaitu untuk mencapai peri kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang bebas (liberty), adil (equality, justice), dan sejahtera (prosperity). Bangsa yang mandiri berarti bangsa yang bebas, tidak tergantung oleh bangsa lain, mampu memberikan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh warga negara.
Untuk menjadi negara yang mandiri perlu daya, kemampuan dan kekuatan. Dengan potensi SDA, luas wilayah, keragaman budaya dan jumlah penduduk merupakan potensi yang besar bagi bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa yang mandiri. Namun sebaliknya, dengan potensi sumberdaya yang berlimpah tetapi tidak mampu memberdayakan, tidak akan memberi kontribusi sama sekali terhadap pembangunan. Oleh sebab itu kuncinya adalah pemberdayaan, baik pemberdayaan SDA maupun SDM.
Perguruan tinggi sebagai bagian dari komponen bangsa, melalui Tridharma sudah selayaknya dapat berperan aktif dalam memberi kontribusi terhadap pembangunan bangsa. Perguruan Tinggi dapat menyelenggarakan pendidikan yang bermutu, menghasilkan penelitian yang inovatif, dan melakukan pengabdian masyarakat berbasis penelitian inovatif yang berorientasi potensi lokal, sehingga dapat mendorong terwujudnya kemandirian masyarakat.
-
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MANAJEMEN, EKONOMI DAN AKUNTANSI 2016
Vol. 1 No. 1 (2016)Seminar Nasional Ekonomi Manajamen dan Akuntansi dan call for papers yang bertema “Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengan (UMKM) sebagai Penggerak Pertumbuhan Ekonomi Indonesia” merupakan Seminar Nasional pertama yang diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomi UNP Kediri.
Adapun latar belakang diadakan seminar ini adalah mengingat UMKM memiliki peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional, hal ini terbukti karena UMKM antara lain: (1) sebagai pemain utama kegiatan ekonomi Indonesia, (2) memberi kontribusi yang besar terhadap Produk Domestik Bruto, (3) memberi kontribusi terhadap peningkatan ekspor non migas, dan (4) memberi kontribusi terbesar dalam penyerapan tenaga kerja. Di samping memiliki peran penting dalam perekonomian, UMKM juga terbukti tangguh saat terjadi krisis ekonomi 1998, karena hanya sektor UMKM yang bertahan dari kolapnya ekonomi, sementara sektor yang lebih besar justru tumbang oleh krisis.
Melihat besarnya peranan UMKM terhadap pembangunan perekonomian nasional, pemerintah membuat kebijakan penting dalam upaya menumbuhkan dan mengembangkan UMKM agar menajadi usaha yang tangguh dan mandiri, yaitu dengan diterbitkannya UU Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM. Melalui UU tersebut pemerintah berusaha memajukan UMKM melalui: (1) Program penciptaan iklim usaha yang kondusif, (2) Program peningkatan akses produktif dan (3) Program pengembangan kewirausahaan dan pelaku UMKM berkeunggulan kompetitif. Demikian pula peraturan-peraturan turunannya melalui PERDA baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota.
Perguruan Tinggi sebagai bagian dari komponen bangsa, melalui Tridharma Perguruan Tinggi yang dimiliki sudah selayaknya berperan aktif dan memberi kontribusi terhadap pemberdayakan UMKM, sehingga UMKM lebih berkembang, dan memberi kontribusi lebih besar lagi dalam perekonomian nasional. Salah satu wujud nyata kepedulian Fakultas Ekonomi Universitas Nusantara PGRI Kediri terhadap UMKM adalah melalui seminar nasional dan call for papers dengan tema “Strategi Pengembangan UMKM sebagai Penggerak Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”, yang diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang positif terhadap perkembangan UMKM dan perekonomian nasional.

